Senin, 11 Januari 2016

MAKALAH TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH "PANCA SRADDHA"





TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
PANCA SRADDHA


OLEH:
NI MADE DWI PUSPITAWATI
NIM : 12.1.1.1.1.189


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2015/2016



ABSTRAK

            Teknik penulisan ilmiah (prapenulisan dan penulisan) sangat menarik perhatian untuk dicermati dan dipelajari lebih jauh agar mempermudah dalam penulisan skripsi di kemudian hari.
            Ada dua persoalan yang dikaji dalam makalah teknik penulisan imiah ini, yaitu : 1. Prapenulisan dan 2. Penulisan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara mendalam, secara tepat dan benar bagaimana prapenulis dan penulisan ilmiah.
            Dari pra penulisan harus diketahui beberapa aspek atau komponen yaitu: 1.Tahapan-tahapan penulisan karya ilmiah. 2. Langkah-langkah penulisan karya ilmiah. 3.Ciri-ciri karya ilmiah. 4. Asas-asas karangan ilmiah.
            Sedangkan dari penulisan karya ilmiah harus diketahui aspek atau komponen: 1.Bagian pelengkap pendahuluan yang terdiri dari: Judul, abstrak,kata pengantar dan daftar isi. 2. Bagian naskah utama yang terdiri dari: 2.1 Pendahuluan yang terbagi atas: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah. 2.2 Pembahasan dan 2.3 Kesimpulan dan saran.





KATA PENGANTAR
           
OM SWASTYASTU
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya Paper yang berjudul  Teknik Penulisan Karya Ilmiah dengan tema Panca Sraddha ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kemampuan penulis yang terbatas, Teknik Penulisan Karya Ilmiah dengan tema Panca Sraddha ini mencoba menguraikan tentang segala keyakinan Panca Sraddha. Dan dengan adanya Paper ini ini penulis berharap sedikit membantu para pembaca dan penulis sendiri untuk dapat mengetahui penjelasan lebih lanjut tentang Panca Sraddha ini. Namun demikian, apabila dalam Paper ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan semoga Paper yang sederhana ini bermanfaat adanya.


Denpasar, 28 Oktober 2015

Penulis



DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1   
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
1.4 Batasan Masalah............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1 Percaya terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa .................................................3
2.2 Percaya terhadap Atman................................................................................... 5
2.3 Percaya terhadap Karma Phala ........................................................................ 6
2.4 Percaya terhadap Punarbhawa ......................................................................... 7
2.5 Percaya terhadap Moksa................................................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................ 10
........ 3.1 Kesimpulan................................................................................................10
........ 3.2 Saran......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Telah beribu-ribu buku yang telah di cetak oleh beberapa penerbit yang ada dibumi ini. Dan beberapa ahli telah memperjelas setiap bahasan yang ada di kitab-kitab suci yaitu dengan tujuan agar apa yang di jelaskan tersebut dapat di mengerti dan di percaya. Demikian pula halnya dengan penjelasan mengenai Veda, hampir setiap tahunnya di terbitkan mengenai penjelasan dan setiap penjelasan di ulas kembali agar semakin rinci dan semakin mudah di mengerti.
            Satu pokok bahasan saja dapat menjadi beberapa buku, namun hal tersebut membuat beberapa orang bingung mana lebih dulu yang di baca. Dengan hal tersebut saya berusaha meringkas dan menyatukan beberapa materi yang terdapat di beberapa buku. Sehingga dengan harapan pembaca dapat langsung memahami poin-poin yang penting. Namun bukan berarti yang tidak kami tulis bukan sesuatu yang penting. Bukan demikian.  Setelah mengetahui poin-poin yang akan kami tulis pada bab berikutnya. Penjelasan yang ada pada sumber makalah ini sangat penting untuk di baca agar semakin di mengerti dan sumber makalah ini penjelasan mengenai bahasan yang kami tulis lebih akurat dan jelas.
1.2   Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan pengertian Panca Sraddha?
2.      Menyebutkan bagian-bagian Panca Sraddha?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari Panca Sraddha.
2.     Mengetahui bagian-bagian dari Panca Sraddha.

1.4 Batasan Masalah    
Dari diidentifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.



BAB II
PEMBAHASAN
Panca Sradha berasal dari bahasa sanksekerta yaitu urat kata Panca yang artinya lima dan Sradha artinya keyakinan. Jadi, Panca Sradha adalah lima dasar keyakinan umat hindu dalam memanfaatkan kehidupan beragama.
1. Percaya akan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Semua agama yang ada di dunia ini percaya kepada adanya Tuhan yang maha esa. dalam agama hindu di kenal dengan sebutan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kita mengetahui adanya Tuhan karena kitab Veda mengatakan ada. Bila kita membaca kita agama maka kita di ajarkan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Pengetahuan kita tentang Tuhan itu ada berdasarkan agama. Sang Hiang Widhi adalah Ia Yang Maha Kuasa, Ia juga Maha Pengasih dan maha penyayang. Maha  pelindung, Maha pencipta, maha kuasa alam beserta isinya. Ia Maha ada. Sang Hyang Widhi menjiwai segala ciptaannya, sebagaimana di ceritrakan dalam kitab suci Veda.
Dalam kitab suci di katakan:
Eko Dewah Sarwah Bhutesu Jitah
Ekam Ewa Adwitya Brahman
Akam Sat Wiprah Bahuda Wadanti
Artinya : Eka Dewah (=satu Tuhan), Sarwa Bhutesu JItah(=ada diseluruh ciptaannya). Jadi hanya satu Tuhan dan terasa pada seluruh ciptaannya. Kepercayaan atas keesaanTuhan dapat pula kita baca pada kitab-kitab suci Veda, dengan mengetahui isi Veda, maka kita mengerti bahwa agama hindu mengajarkan menyembah satu Tuhan. Tuhan itu memiliki bermacam-macam sifat bentuk kekuasaan. Dewa adalah merupakan bentuk sinar sucinya. Karena itu dikatakan dalam kitab suci Veda Ekam Ewa Aditya Brahman artinya: hanya ada satu Tuhan tidak ada yang kedua.
Dalam agama hindu disebutkan beberapa sifat Tuhan Yang Maha Esa yaitu
1. Tuhan dengan tiga sifat kemahakuasaan di sebut dengan gelar Tri Murti
a.                  Brahma            = Maha Pencipta
b.                  Wisnu              = Maha Pemelihara
c.                   Siwa                = Maha Pemralaya
2. Tuhan dengan delapan sifat kemahakuasaanya di sebut dengan Asta Aiswarya
a.                  Anima              = Maha Kecil
b.                  Lagima            = Maha Ringan
c.                   Mahima           = Maha Besar
d.                  Prapti               = Mencapai segala tempat
e.                   Prakamya        = Mencapai segala kehendaknya
f.                   Isitwa              = Maha Raja / Raja Diraja
g.                  Wasitwa          = Maha Kuasa
h.                  Yatra Kamawasayitwa = segala kehendaknya tak ada yang dapat menentang atau menghalangi beliau.
3. Tuhan dengan empat sifat kemahakuasaanya di sebut dengan gelar Cadu Sakti
a.                  Prabu Sakti      = Sang Hyang Widhi Maha Kuasa
b.                  Wibhu Sakti    = Sang Hyang Widhi Maha Ada
c.                   Jnana Sakti      = Sang Hyang Widhi Maha Tahu
d.                  Karya Sakti     = Sang Hyang Widhi Maha Karya
2. Percaya akan adanya Atman
Atman adalah percikan – percikan terkecil dari Brahman (Tuhan), jika di ibaratkan sama dengan percikan-percikan sinar yang bersumber dari matahari, kemudian terpancar menerangi segala pelosok alam. Setelah atman memasuki Angra Sarira (badan) makhluk, maka makhluk menjadi hidup  kemudian di sebut “makhluk hidup” yang di sebut dengan “jiwa raga”. Fungsi atman terhadap badan wadah dapat di ibaratkan seperti matahati dan bumi. Matahari yang memberikan kehidupan (Atman) sengankan bumi adalah badan wadah yang memberikan kehidupan.
Dalam Bhisma Parwa ada di sebutkan hubungan Atman dengan badan wadah sebagai berikut :
Kadi Rupa Sang Hyang Aditya yan
Praksa niking sarwa loka
Mangkala ta Sang HYang
Atman Prakasanaken niking
Sarira sira ta
Marganiya mawenang
Maperewerti
Terjemahan :
Sebagai rupa dan keadaan Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikian Sang Hyang Atma menerangi badan, dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.
Oleh karena Atman merupakan bagian dari Brahman ( Tuhan) maka sifatnya sangat gaib (parama suksma) sebagai sifat-sifat Brahma (Hyang Widhi). Adapun sifat atman di nyatakan dalam Bhagavadgita bagian II, sloka 24,25 sebagai berikut:
1.      Acchedya        : tak terlukai oleh senjata
2.      Adahya           : tak terbakar oleh api
3.      Asosya            : tak terkeringkan oleh angin
4.      Akledya          : tak terbasahkan oleh angin
5.      Nitya               : kekal abadi
6.      Sarvagatah      : ada di mana-mana
7.      Sthanu             :  tak beripindah-pindah
8.      Acala               : tak bergerak
9.      Sanatana          : selalu sama
10.  Avyakta          : tak di lahirkan
11.  Acintya           : tak terfikirkan
12.  Avikara           : tak berubah dan sempurna. Tidak laki-laki dan perempuan.
3. Percaya adanya Karma Phala
Karma phala berasal dari bahasa sanseketa, dari akar kata “Kr” yang artinya berbuat, bekerja, bergerak, bertingkah laku. Sedangkan phala adalah buah atau hasil. Jadi karma phala adalah buah atau hasil dari perbuatan. Karma phala berpangkal dari 3 sumber yakni : “manah karma” perbuatan yang di lakukan oleh pikiran, “wasa karma” perbuatan yang di lakukan dengan cara berbicara, dan “kaya Karma”  perbuatan yang di lakukan secara fisik atau jasmani. Buah dari pikiran, perkataan danperbuatan yang dilakukan oleh manusia  merupakan suatu karma dan setiap karma pasti ada akibatnya. Perbuatan yang baik akan menghasilkan phala yang baik, perbuatan yang buruk akan menghasilkan phala yang buruk pula. Berdasarkan inilah timbul istilah  hukum Karma Phala  yaitu hukum yang mengatur sebab akibat aksi dan tekasi dimana sebab di situ pasti akan terjadi akibat.

4. Percaya akan adanya Punarbhawa
Kata punarbawa berasal dari bahasa sansekerta “punar” yang berarti kembali dan “bhawa” berarti menjelma. Degan demikian punarbawa adalah kelahiran atau panjelmaan kembali kedunia. Jiwa dan roh tidak selamanya  di neraka ataupun di surga, ia akan lahir kembali kedunia ini. Kelahirannya di dunia ini menurut karma yang ia perbuat. Bila baik yang di lakukan pada kehidupanya dahulu maka ia akan menjadi orang yang sangat Darmawan, namun apabila pada masa lalu ia selalu malakukan perbuatan yang jahat maka ia akan lahir menjadi orang yang penuh hinaan. Dan tidak memungkinkan ia akan lahir menjadi seekor Binatang atau tumbuhan. Semua itu di akibatkan oleh Karmawasananya. Terjadinya punarbawa di sebabkan oleh Karma Wasana yang merupakan bekas-bekas dari perbuatan  apakah perbuatan itu baik ataupun buruk. Punarbawa merupakan  kesempatan emas untuk berkarma, karena  hanya di dunia ini manusia dapat berbuat sementara di akhiran tinggal menikmati hasilnya. Itu sebabnya tujuan menjelma kedunia ini adalah melebur kesengsaraan itu menjadi kebagahagiaan dengan jalan berbuat yang baik.
Dalam kitab Sarasamuccaya sloka 4 di nyatakan sebagai berikut:
Apang ikang dadi wwang, uttama juga ya,nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara makasadhanang subhakarma,
hinganing Kottamaning dadi wwang ika
Terjemahan :
Sebab sebagai manusia sungguh utama juga karena itu, ia dapat menolong dirinya dari keadaan samsara dengan jalan karma yang baik, demikian keistimewaan menjelma manjadi manusia

5. Percaya akan adanya Moksa
Moksa berasal dari akar kata “muc” yang berarti kelepasan, kebebasan, dan kemerdekaan. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan  dalam pengertian yang di kandung pada kata moksa adalah terbebasnya atman dari ikatan-ikatan keduniawian dan pengaruh maya lainya sehingga dapat bersatu dengan Sang Hyang Widhi. Moksa merupakan tujuan terakhir dari seluruh umat hindu. Sebagaimana di terangkan dalam tujuan umat hindu yakni “ Moksartham Jagadhita Yaca Iti dharma” artinya mencapai kebahagiaan  batin dan kesejahtraan jasmani dengan jalan dharma”. Dalam agama hindu terdapat empat cara untuk mencapai moksa. Keempat cara itu disebut “Catur Marga” atau sering di sebut “Catur Yoga”. Memiliki istilah yang berbeda namun dengan arti yang sama. Catur Marga terdiri dari kata Catur artinya empat dan Marga artinya jalan atau cara. Jadi catur Marga adalah empat jalan atau cara untuk mencapai kebahagiaan yang manunggal dengan Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun bagian dari catur marga yaitu:
1. Bakti Marga adalah cara atau jalan untuk mencapai moksa melalui cara sujud bakti  dengan di landasi rasa cinta. Penganut Bhakti Marga di sebut dengan “Bhakta”.
2. Karma Marga adalah cara atau jalan untuk mencapai moksa dengan kerja tanpa pamrih tanpa ikatan, penuh dengan pengabdian untuk kesejahtraan makhluk hidup. Penganut Karma Marga di sebut “Karmin”.
3. Jnana Marga adalah jalan atau cara mencapai moksa berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan  baik pengetahuan duniawi (Apara Vidya) dan pengetahuan tentang Brahman (Para Vidya). Penganut Jnana Marga disebut “Jnanin”.

4. Raja Marga adalah jalan atau cara mencapai moksa dengan cara pengendalian diri, kosentrasi, yoga  dan samahi dalam tingkat yang lebih tinggi. Penganut Raja Marga disebut “Yoga”. Seorang yogin akan dapat mencapai kemanunggalan dengan Tuhan bila sukses melakukan Astanga Yoga yagn di ajarkan oleh Rsi Patanjali. Asta Yoga adalah delapan tahapan untuk melaksanakan Yoga seperti:
a.                  Yama               : Pengendalian diri terhadap indria
b.                  Niyama           : Kewajiban pada diri sendiri untuk mengendalikan diri
c.                   Asana              : Mengatur sikap duduk yang baik dan disiplin
d.                  Pranayama     : Mengatur pernapasan dengan sempurna
e.                   Pratyahara     : Mengontrol semua indria untuk di pusatkan
f.                   Dharana          : Penyatuan pikiran dalam tahap yang lebih intensif
g.                  Samadhi          : Penyatuan/ panunggalan Atman dengan Brahman
Dengan Astanga Yoga ini seseorang Yogin akan dapat menerima wahyu melalui instingnya yang telah mekar dan dapat mencapai moksa.




BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
             Panca sradha merupakan lima macam keyakinan umat hindu dalam mencapai kehidupan beragama. Kelima hal ini merupakan hal yang abstrak dan ril yang harus di percaya dalam kehidupan. Keberadaan Tuhan tidak dapat ketahui namun dapat kita rasakan. Tanpa adanya Beliau maka semua yang ada sekarang tidak akan adapula. karena keKuasaan dan Keagungan beliaulah membuat semua ini ada. Beliau sama halnya seperti angin yang menghidupkan semua makhluk yang ada di dunia ini. Meski angin tidak dapat kita lihat namun semua orang mengtahui bahwa angin itu ada. Demikianlah keberadaan tuhan yang Agung itu.
Karena kesucian yang dimilki oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka kita sebagai manusia tidak mampu untuk melihat beliau. Seperti yang di jelaskan pada bab sebelumnya bahwa kelahiran kita sebagai manusia adalah suatu kesengsaraan. Karena kelahiran ini adalah hasil dari Karmawasana yang masih mengotori Jiwatman kita. Kelahiran ini harus kita gunakan sebaik-baiknya untuk berbuat baik agar kita bisa mencapai tujuan akhir  yaitu Moksartham Jagadhita Yaca Iti dharma yaitu mencapai kebahagiaan  batin dan kesejahtraan jasmani dengan jalan dharma.
3.2 Saran
             Semua yang ada di dunia ini adalah karena Kuasa Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas yajna Beliaulah  dunia ini terciptakan dan kita adalah sebagian dari yajna beliau. Maka kita sebagai satu-satunya ciptaan Tuhan yang di berikan akal pikiran harus menjaga apa yang telah Beliau berikan. Dan harus berbuat sesuai dengan ajaranya yaitu sesui sengan Veda.

DAFTAR PUSTAKA
Sutresna, I Made. Dkk. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar