TEKNIK
PENULISAN KARYA ILMIAH
PANCA
SRADDHA
OLEH:
NI MADE DWI PUSPITAWATI
NIM : 12.1.1.1.1.189
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
PRODI
: PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2015/2016
ABSTRAK
Teknik
penulisan ilmiah (prapenulisan dan penulisan) sangat menarik perhatian untuk
dicermati dan dipelajari lebih jauh agar mempermudah dalam penulisan skripsi di
kemudian hari.
Ada
dua persoalan yang dikaji dalam makalah teknik penulisan imiah ini, yaitu : 1.
Prapenulisan dan 2. Penulisan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui secara mendalam, secara tepat dan benar bagaimana prapenulis dan
penulisan ilmiah.
Dari
pra penulisan harus diketahui beberapa aspek atau komponen yaitu:
1.Tahapan-tahapan penulisan karya ilmiah. 2. Langkah-langkah penulisan
karya ilmiah. 3.Ciri-ciri karya ilmiah.
4. Asas-asas karangan ilmiah.
Sedangkan
dari penulisan karya ilmiah harus diketahui aspek atau komponen: 1.Bagian pelengkap
pendahuluan yang
terdiri dari: Judul, abstrak,kata pengantar dan daftar isi. 2. Bagian naskah
utama yang terdiri dari: 2.1 Pendahuluan yang terbagi atas: Latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah. 2.2 Pembahasan dan 2.3
Kesimpulan dan saran.
KATA
PENGANTAR
OM
SWASTYASTU
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya Paper
yang berjudul Teknik Penulisan Karya
Ilmiah dengan tema Panca Sraddha ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kemampuan penulis yang terbatas,
Teknik Penulisan Karya Ilmiah dengan tema Panca Sraddha ini mencoba menguraikan
tentang segala keyakinan Panca Sraddha. Dan dengan adanya Paper ini ini penulis
berharap sedikit membantu para pembaca dan penulis sendiri untuk dapat
mengetahui penjelasan lebih lanjut tentang Panca Sraddha ini. Namun demikian,
apabila dalam Paper ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan
maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
para pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis
menghaturkan ucapan terima kasih dan semoga Paper yang sederhana ini bermanfaat
adanya.
Denpasar, 28 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
1.4
Batasan Masalah............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1
Percaya terhadap Ida Sang Hyang
Widhi Wasa .................................................3
2.2
Percaya terhadap Atman................................................................................... 5
2.3
Percaya terhadap Karma Phala ........................................................................ 6
2.4
Percaya terhadap Punarbhawa ......................................................................... 7
2.5
Percaya terhadap Moksa................................................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................ 10
........ 3.1 Kesimpulan................................................................................................10
........ 3.2 Saran......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Telah beribu-ribu buku yang telah
di cetak oleh beberapa penerbit yang ada dibumi ini. Dan beberapa ahli telah
memperjelas setiap bahasan yang ada di kitab-kitab suci yaitu dengan tujuan
agar apa yang di jelaskan tersebut dapat di mengerti dan di percaya. Demikian
pula halnya dengan penjelasan mengenai Veda, hampir setiap tahunnya di
terbitkan mengenai penjelasan dan setiap penjelasan di ulas kembali agar
semakin rinci dan semakin mudah di mengerti.
Satu pokok bahasan saja dapat
menjadi beberapa buku, namun hal tersebut membuat beberapa orang bingung mana
lebih dulu yang di baca. Dengan hal tersebut saya berusaha meringkas dan
menyatukan beberapa materi yang terdapat di beberapa buku. Sehingga dengan
harapan pembaca dapat langsung memahami poin-poin yang penting. Namun bukan
berarti yang tidak kami tulis bukan sesuatu yang penting. Bukan demikian. Setelah mengetahui poin-poin yang akan kami
tulis pada bab berikutnya. Penjelasan yang ada pada sumber makalah ini sangat
penting untuk di baca agar semakin di mengerti dan sumber makalah ini
penjelasan mengenai bahasan yang kami tulis lebih akurat dan jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian Panca Sraddha?
2.
Menyebutkan bagian-bagian Panca Sraddha?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian dari Panca
Sraddha.
2. Mengetahui bagian-bagian dari Panca Sraddha.
1.4 Batasan Masalah
Dari diidentifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh
gambaran dimensi permasalahan
yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan
waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas
dan terfokus.
BAB II
PEMBAHASAN
Panca Sradha berasal dari bahasa sanksekerta yaitu urat kata
Panca yang artinya lima dan Sradha artinya keyakinan. Jadi, Panca Sradha adalah
lima dasar keyakinan umat hindu dalam memanfaatkan kehidupan beragama.
1. Percaya akan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Semua agama yang ada di dunia ini percaya kepada adanya Tuhan
yang maha esa. dalam agama hindu di kenal dengan sebutan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Kita mengetahui adanya Tuhan karena kitab Veda mengatakan ada. Bila kita
membaca kita agama maka kita di ajarkan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada.
Pengetahuan kita tentang Tuhan itu ada berdasarkan agama. Sang Hiang Widhi
adalah Ia Yang Maha Kuasa, Ia juga Maha Pengasih dan maha penyayang. Maha pelindung, Maha pencipta, maha kuasa alam
beserta isinya. Ia Maha ada. Sang Hyang Widhi menjiwai segala ciptaannya,
sebagaimana di ceritrakan dalam kitab suci Veda.
Dalam kitab suci di katakan:
Eko Dewah Sarwah
Bhutesu Jitah
Ekam Ewa Adwitya
Brahman
Akam Sat Wiprah
Bahuda Wadanti
Artinya : Eka Dewah (=satu Tuhan), Sarwa Bhutesu JItah(=ada
diseluruh ciptaannya). Jadi hanya satu Tuhan dan terasa pada seluruh
ciptaannya. Kepercayaan atas keesaanTuhan dapat pula kita baca pada kitab-kitab
suci Veda, dengan mengetahui isi Veda, maka kita mengerti bahwa agama hindu
mengajarkan menyembah satu Tuhan. Tuhan itu memiliki bermacam-macam sifat
bentuk kekuasaan. Dewa adalah merupakan bentuk sinar sucinya. Karena itu
dikatakan dalam kitab suci Veda Ekam Ewa Aditya Brahman artinya: hanya ada satu
Tuhan tidak ada yang kedua.
Dalam agama hindu disebutkan beberapa sifat Tuhan Yang Maha
Esa yaitu
1. Tuhan dengan tiga sifat kemahakuasaan di sebut dengan
gelar Tri Murti
a.
Brahma = Maha Pencipta
b.
Wisnu = Maha Pemelihara
c.
Siwa = Maha Pemralaya
2. Tuhan dengan delapan sifat kemahakuasaanya di sebut dengan
Asta Aiswarya
a.
Anima =
Maha Kecil
b.
Lagima = Maha Ringan
c.
Mahima = Maha Besar
d.
Prapti = Mencapai segala tempat
e.
Prakamya = Mencapai segala kehendaknya
f.
Isitwa = Maha Raja / Raja Diraja
g.
Wasitwa = Maha Kuasa
h.
Yatra
Kamawasayitwa = segala kehendaknya tak ada yang dapat menentang atau
menghalangi beliau.
3. Tuhan dengan empat sifat kemahakuasaanya di sebut dengan
gelar Cadu Sakti
a.
Prabu Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Kuasa
b.
Wibhu Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Ada
c.
Jnana Sakti =
Sang Hyang Widhi Maha Tahu
d.
Karya Sakti = Sang Hyang Widhi Maha Karya
2. Percaya akan adanya Atman
Atman adalah percikan – percikan terkecil dari Brahman
(Tuhan), jika di ibaratkan sama dengan percikan-percikan sinar yang bersumber
dari matahari, kemudian terpancar menerangi segala pelosok alam. Setelah atman
memasuki Angra Sarira (badan) makhluk, maka makhluk menjadi hidup kemudian di sebut “makhluk hidup” yang di
sebut dengan “jiwa raga”. Fungsi atman terhadap badan wadah dapat di ibaratkan
seperti matahati dan bumi. Matahari yang memberikan kehidupan (Atman) sengankan
bumi adalah badan wadah yang memberikan kehidupan.
Dalam Bhisma Parwa ada di sebutkan hubungan Atman dengan
badan wadah sebagai berikut :
Kadi Rupa Sang
Hyang Aditya yan
Praksa niking
sarwa loka
Mangkala ta Sang
HYang
Atman Prakasanaken
niking
Sarira sira ta
Marganiya mawenang
Maperewerti
Terjemahan :
Sebagai rupa dan keadaan Sang Hyang Aditya menerangi dunia,
demikian Sang Hyang Atma menerangi badan, dialah yang menyebabkan kita dapat
berbuat.
Oleh karena Atman merupakan bagian dari Brahman ( Tuhan) maka
sifatnya sangat gaib (parama suksma) sebagai sifat-sifat Brahma (Hyang Widhi).
Adapun sifat atman di nyatakan dalam Bhagavadgita bagian II, sloka 24,25
sebagai berikut:
1. Acchedya : tak
terlukai oleh senjata
2. Adahya : tak
terbakar oleh api
3. Asosya : tak
terkeringkan oleh angin
4. Akledya : tak
terbasahkan oleh angin
5. Nitya :
kekal abadi
6. Sarvagatah : ada
di mana-mana
7. Sthanu : tak
beripindah-pindah
8. Acala :
tak bergerak
9. Sanatana :
selalu sama
10. Avyakta : tak
di lahirkan
11. Acintya : tak
terfikirkan
12. Avikara : tak
berubah dan sempurna. Tidak laki-laki dan perempuan.
3. Percaya adanya Karma Phala
Karma phala berasal dari bahasa sanseketa, dari akar kata
“Kr” yang artinya berbuat, bekerja, bergerak, bertingkah laku. Sedangkan phala
adalah buah atau hasil. Jadi karma phala adalah buah atau hasil dari perbuatan.
Karma phala berpangkal dari 3 sumber yakni : “manah karma” perbuatan yang di
lakukan oleh pikiran, “wasa karma” perbuatan yang di lakukan dengan cara
berbicara, dan “kaya Karma” perbuatan
yang di lakukan secara fisik atau jasmani. Buah dari pikiran, perkataan danperbuatan
yang dilakukan oleh manusia merupakan
suatu karma dan setiap karma pasti ada akibatnya. Perbuatan yang baik akan
menghasilkan phala yang baik, perbuatan yang buruk akan menghasilkan phala yang
buruk pula. Berdasarkan inilah timbul istilah
hukum Karma Phala yaitu hukum
yang mengatur sebab akibat aksi dan tekasi dimana sebab di situ pasti akan
terjadi akibat.
4. Percaya akan adanya Punarbhawa
Kata punarbawa berasal dari bahasa sansekerta “punar” yang
berarti kembali dan “bhawa” berarti menjelma. Degan demikian punarbawa adalah
kelahiran atau panjelmaan kembali kedunia. Jiwa dan roh tidak selamanya di neraka ataupun di surga, ia akan lahir
kembali kedunia ini. Kelahirannya di dunia ini menurut karma yang ia perbuat.
Bila baik yang di lakukan pada kehidupanya dahulu maka ia akan menjadi orang
yang sangat Darmawan, namun apabila pada masa lalu ia selalu malakukan
perbuatan yang jahat maka ia akan lahir menjadi orang yang penuh hinaan. Dan
tidak memungkinkan ia akan lahir menjadi seekor Binatang atau tumbuhan. Semua
itu di akibatkan oleh Karmawasananya. Terjadinya punarbawa di sebabkan oleh
Karma Wasana yang merupakan bekas-bekas dari perbuatan apakah perbuatan itu baik ataupun buruk.
Punarbawa merupakan kesempatan emas
untuk berkarma, karena hanya di dunia
ini manusia dapat berbuat sementara di akhiran tinggal menikmati hasilnya. Itu
sebabnya tujuan menjelma kedunia ini adalah melebur kesengsaraan itu menjadi
kebagahagiaan dengan jalan berbuat yang baik.
Dalam kitab Sarasamuccaya sloka 4 di nyatakan sebagai
berikut:
Apang
ikang dadi wwang, uttama juga ya,nimittaning mangkana, wenang ya tumulung
awaknya sangkeng sangsara makasadhanang subhakarma,
hinganing
Kottamaning dadi wwang ika
Terjemahan :
Sebab sebagai manusia sungguh utama juga karena itu, ia dapat
menolong dirinya dari keadaan samsara dengan jalan karma yang baik, demikian
keistimewaan menjelma manjadi manusia
5. Percaya akan adanya Moksa
Moksa berasal dari akar kata “muc” yang berarti kelepasan,
kebebasan, dan kemerdekaan. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dalam pengertian yang di kandung pada kata
moksa adalah terbebasnya atman dari ikatan-ikatan keduniawian dan pengaruh maya
lainya sehingga dapat bersatu dengan Sang Hyang Widhi. Moksa merupakan tujuan
terakhir dari seluruh umat hindu. Sebagaimana di terangkan dalam tujuan umat
hindu yakni “ Moksartham Jagadhita Yaca Iti dharma” artinya mencapai
kebahagiaan batin dan kesejahtraan
jasmani dengan jalan dharma”. Dalam agama hindu terdapat empat cara untuk
mencapai moksa. Keempat cara itu disebut “Catur Marga” atau sering di sebut
“Catur Yoga”. Memiliki istilah yang berbeda namun dengan arti yang sama. Catur
Marga terdiri dari kata Catur artinya empat dan Marga artinya jalan atau cara.
Jadi catur Marga adalah empat jalan atau cara untuk mencapai kebahagiaan yang
manunggal dengan Sang Hyang Widhi Wasa.
Adapun bagian dari catur marga yaitu:
1. Bakti Marga adalah cara atau jalan untuk mencapai moksa
melalui cara sujud bakti dengan di
landasi rasa cinta. Penganut Bhakti Marga di sebut dengan “Bhakta”.
2. Karma Marga adalah cara atau jalan untuk mencapai moksa
dengan kerja tanpa pamrih tanpa ikatan, penuh dengan pengabdian untuk
kesejahtraan makhluk hidup. Penganut Karma Marga di sebut “Karmin”.
3. Jnana Marga adalah jalan atau cara mencapai moksa
berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan
baik pengetahuan duniawi (Apara Vidya) dan pengetahuan tentang Brahman
(Para Vidya). Penganut Jnana Marga disebut “Jnanin”.
4. Raja Marga adalah jalan atau cara mencapai moksa dengan
cara pengendalian diri, kosentrasi, yoga
dan samahi dalam tingkat yang lebih tinggi. Penganut Raja Marga disebut
“Yoga”. Seorang yogin akan dapat mencapai kemanunggalan dengan Tuhan bila
sukses melakukan Astanga Yoga yagn di ajarkan oleh Rsi Patanjali. Asta Yoga
adalah delapan tahapan untuk melaksanakan Yoga seperti:
a.
Yama : Pengendalian diri terhadap
indria
b.
Niyama : Kewajiban pada diri sendiri untuk
mengendalikan diri
c.
Asana : Mengatur sikap duduk yang baik
dan disiplin
d.
Pranayama : Mengatur pernapasan dengan sempurna
e.
Pratyahara : Mengontrol semua indria untuk di
pusatkan
f.
Dharana : Penyatuan pikiran dalam tahap yang
lebih intensif
g.
Samadhi : Penyatuan/ panunggalan Atman dengan
Brahman
Dengan Astanga Yoga ini seseorang Yogin akan dapat menerima
wahyu melalui instingnya yang telah mekar dan dapat mencapai moksa.
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Panca sradha merupakan lima macam keyakinan
umat hindu dalam mencapai kehidupan beragama. Kelima hal ini merupakan hal yang
abstrak dan ril yang harus di percaya dalam kehidupan. Keberadaan Tuhan tidak
dapat ketahui namun dapat kita rasakan. Tanpa adanya Beliau maka semua yang ada
sekarang tidak akan adapula. karena keKuasaan dan Keagungan beliaulah membuat
semua ini ada. Beliau sama halnya seperti angin yang menghidupkan semua makhluk
yang ada di dunia ini. Meski angin tidak dapat kita lihat namun semua orang
mengtahui bahwa angin itu ada. Demikianlah keberadaan tuhan yang Agung itu.
Karena kesucian yang dimilki oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
maka kita sebagai manusia tidak mampu untuk melihat beliau. Seperti yang di
jelaskan pada bab sebelumnya bahwa kelahiran kita sebagai manusia adalah suatu
kesengsaraan. Karena kelahiran ini adalah hasil dari Karmawasana yang masih
mengotori Jiwatman kita. Kelahiran ini harus kita gunakan sebaik-baiknya untuk
berbuat baik agar kita bisa mencapai tujuan akhir yaitu Moksartham Jagadhita Yaca Iti dharma
yaitu mencapai kebahagiaan batin dan
kesejahtraan jasmani dengan jalan dharma.
3.2
Saran
Semua yang ada di dunia ini adalah karena
Kuasa Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas yajna Beliaulah dunia ini terciptakan dan kita adalah
sebagian dari yajna beliau. Maka kita sebagai satu-satunya ciptaan Tuhan yang
di berikan akal pikiran harus menjaga apa yang telah Beliau berikan. Dan harus
berbuat sesuai dengan ajaranya yaitu sesui sengan Veda.
DAFTAR PUSTAKA
Sutresna, I Made. Dkk. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu.
Surabaya: Paramita